Senin, 02 Februari 2009

Presiden Hadiri Perayaan Imlek Tingkat Nasional

Jakarta ( Berita ) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri Perayaan Tahun Baru Imlek Tingkat Nasional 2560 yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin).

Acara yang dilaksanakan Minggu [01/02] sore di Plenary Hall Jakarta Convention Center mengusung tema “Tuhan melihat seperti rakyat melihat, Tuhan mendengar seperti rakyat mendengar”.

Menurut Ketua Panitia perayaan Dede Hasan Senjaya, tema tersebut bertepatan dengan hajatan Pemilu yang akan segera digelar dalam waktu dua bulan lagi. “Tema tersebut sengaja diangkat, untuk mengingatkan kita semua bahwa hakikat demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Oleh karenanya, siapapun yang kelak menjadi wakil rakyat atau presiden, yang perlu diingat adalah bekerja sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat dan negara,” kata Dede.

Matakin berharap hal tersebut direnungkan oleh para calon anggota legislatif maupun calon presiden yang hendak berlaga pada Pemilu 2009.Di balik keluguannya, Matakin mengingatkan, rakyat memiliki kearifan dan kebijaksanaan sendiri yang patut didengar oleh wakil rakyat.

“Karena itu, diperlukan introspeksi diri sebelum seseorang memberanikan diri mencalonkan diri sebagai wakil rakyat atau presiden,” kata Dede.

Pada acara yang dihadiri sekitar 5.000 warga Khonghucu Presiden didampingi Ibu Ani Yudhoyono serta Menteri Agama Maftuh Basyuni.

Hak Sipil Warga Tionghoa

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar hak-hak sipil Umat Konghucu dan warga Tionghoa untuk terus dipenuhi. Dalam pidatonya pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2560 di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu, Presiden meminta agar menteri-menteri terkait maupun pejabat di tingkat pusat dan daerah untuk terus meningkatkan pelayanan kepada kaum Tionghoa di Indonesia. “Siapapun, termasuk Umat Konghucu dan masyarakat Tionghoa adalah bagian integral dari warga bangsa yang sama-sama kita cintai,” kata Presiden.

Menurut Presiden, dalam era reformasi yang telah berjalan sepuluh tahun di Indonesia, diskriminasi terhadap warga Tionghoa tidak boleh terjadi lagi. Warga Tionghoa, kata Presiden, harus dipenuhi hak-hak sipilnya sesuai dengan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia.

Terpenuhinya hak sipil warga Tionghoa seperti catatan sipil, pembangunan rumah ibadah maupun pendidikan Agama Khonghucu, menurut Presiden, adalah salah satu buah reformasi dan menunjukan kerukunan kehidupan beragama di Indonesia yang semakin membaik.

Presiden mengatakan, membaiknya kehidupan beragama dan pemenuhan hak sipil kaum Tionghoa adalah kemajuan yang telah berhasil dicapai pemerintah selama lima tahun terakhir.

Kepada warga Tionghoa yang sebagian besar bergerak di bidang perekonomian, Presiden berpesan agar mereka bekerjasama dengan pemerintah membantu momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Gunakan Hak Politik

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh umat Khonghucu dan warga Tionghoa Indonesia untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu 2009.

Ajakan Presiden disampaikan dalam pidato Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2560 yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Khonghucu (Matakin) di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu.

“Menghadapi Pemilu yang segera digelar, saya mengajak segenap umat Khonghucu dan warga Tionghoa serta segenap komponen bangsa di Tanah Air untuk menggunakan hak pilih secara baik,” kata Presiden.

Dalam perayaan Tahun Baru Imlek oleh Matakin yang telah lima kali dihadiri Presiden Yudhoyono selama masa jabatannya itu, Presiden berharap ajang Pemilu 2009 dapat menjadi pendidikan politik yang cerdas dalam suasana aman, tenteram dan damai.

Dalam kaitan itu, Presiden berharap rakyat Indonesia dapat selalu menjaga kerukunan dan kebersamaan demi suksesnya kehidupan demokrasi.

Tema Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2560 yang diangkat oleh Matakin adalah “Tuhan melihat seperti rakyat melihat, Tuhan mendengar seperti rakyat mendengar”.

Tema tersebut berkaitan dengan ajang Pemilu 2009 yang segera dilaksanan oleh rakyat Indonesia. Presiden mengatakan Perayaan Imlek adalah momentum tepat untuk intropeksi diri dan refleksi serta mengevaluasi dan menghayati

kebersamaan.

Presiden mengingatkan, kebersamaan harus dipegang teguh sebagai modal pembangunan bangsa. “Gunakan setiap momentum untuk memperkokoh kebersamaan dan kehidupan bangsa yang harmonis, bukan untuk saling menghujat dan memfitnah,” kata Presiden.

Mengutip narasi Imlek yang disampaikan Ketua Matakin Budi Santoso Tanuwibowo, Presiden mengingatkan sebuah bangsa akan hancur binasa bila tidak ada kerukunan di antara rakyatnya dan pemimpinnya saling menista.

Untuk itu, Presiden mengajak seluruh rakyat dan pemimpin di Indonesia untuk menghayati pesan moral tersebut demi keselamatan demokrasi dan keutuhan kehidupan berbangsa. (ant )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar